TEKSTOLOGI
DAN TUGAS FILOLOGI
A.
Latar Belakang
Kebudayaan merupakan suatu warisan yang sangat berharga, baik itu
berupa kebudayaan lisan maupun tulisan dan biasanya kebudayaan tersebut
bertuliskan bahasa dari daerah masing-masing. Dengan mengetahui suatu
kebudayaan, maka kita mengetahui sejarah masa lampau dan orang-orang terdahulu
menulis sejarah atau kebudayaan tersebut dalam lembaran-lembaran kertas
(naskah) dengan maksud untuk menghargainya.
Seiring dengan perekembangan zaman,
naskah-naskah kuno mulai lapuk tetapi isi dari naskah tersebut masih relevan
dan banyak informasi yang bisa didapatkan dengan mempelajari naskah-naskah
kuno. Oleh karena itu, muncullah suatu ilmu yakni ilmu filologi yang
mempelajari naskah-naskah kuno yang bertujuan untuk mengetahui informasi yang
ada, menjaga dan melestarikan naskah yang berisi kebudayaan ataupun sejarah
dimasa lampau.
Kata ‘naskah’ berasal dari berasal dari bahasa
arab yang berarti tulisan tangan. Dalam
kata latin disebut ‘manusript’, atau disebut juga ‘kodeks’. Teks dapat
diartikan sebagai kandungan atau muatan naskah. Jika naskah merupakan bentuk
konkret suatu tulisan, maka teks adalah sesuatu yang abstrak yang hanya dapat
dibayangkan saja, Teks sendiri
terdiri dari 2 unsur yaitu isi dan bentuk. Di dalam isi, memuat ide-ide atau
amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Sedangkan bentuk,
yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai
pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.
B. Pengertian teks
dan naskah
Naskah dan teks merupakan objek kajian dalam
filologi.objek kajian filologi berupa naskah maupun teks tulisan tangan yang
menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa
masa lampau.banyak orang yang menganggap naskah dan teks tersebut saling
berkaitan.namun, sebaliknya perlu di ketahui perbedaan pengertian naskah dan
teks.dalam hal ini, sebelum belajar filologi perlu untuk dibedakan antara
naskah dan teks.
Teks merupakan bagian dari naskah, teks adalah
sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja.teks senidiri terdiri
dari 2 unsur yakni isi dan bentuk, di dalam isi memuat ide-ide atau amanat yang
hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Sedangkan bentuk, yaitu cerita
dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari
menurut berbagai pendekatan melalui alur,perwatakan,gaya bahasa,dan sebagainya.
Tekstologi adalah ilmu yang mempelajari seluk
beluk teks,yang antara lain meneliti penjelmaan dan penurunan teks sebuah karya
sastra,penafsiran,dan pemahamanya.
Dalam penjelmaan dan penurunanya secara garis
besar teks dapat di sebutkan ada 3 macam yakni :
a)
Teks lisan(tidak tertulis)
b)
Teks naskah atau tangan
c)
Teks cetakan
sedangkan naskah
merupakan wadah dari teks.naskah adalah sebuah bentuk karya tulis yang berisi
ide atau gagasan yang berupa bahan,baik berupa buku,kertas atau sejenisnya.naskah
merupakan benda konkret yang dapat dilihat dan dipegang.dalam bentuk asli,
naskah lama indonesia biasnya di tulis di dluwang,kulit kayu dan lontar.namun
sejak adanya pengaruh eropa pada abad 18 dan 19,naskah lama di tulis di atas
kertas.selain itu, setelah mengenal mesin cetak naskah di tulis dengan cetakan.dalam
naskah yang terdiri dari teks itu berisi cerita tentang ide-ide yang hendak
disampaikan pengarang kepada pembaca.[1]
Ada perbedaan
antara naskah dan prasasti.baik naskah maupun prasasti,keduanya di tulis dengan
tangan.akan tetapi, antara keduanya dapat di catat beberapa perbedaan di
antaranya yakni :
a)
Naskah pada umumnya berupa buku atau bahan tulisan tangan
sedangkan prasasti berupa tulisan tangan pada batu.
b)
Naskah pada umunya panjang, karena memuat cerita lengkap.
Sedangkan prasasti pada umumnya pendek, karena hanya memuat soal-soal yang
ringkas saja.
c)
Naskah pada umumnyanya anonim dan tidak berangka
tahun,sedangkan prasasti sering menyebut nama penulisnya dan adakalanya juga memuat
angka tahun.
d)
Naskah berjumlah banyak karena disalin,sedangkan prasasti
tidak disalin-salin sehingga jumlahnya relatif sedikit
e)
Naskah paling tua kira-kira berasal dari abad ke-8
sedangkan prasasti yang paling tua berasal dari abad ke-4.
C. Proses terjadinya
teks
Berkaitan dengan masalah teks,jarang ada teks
yang bentk aslinya atau bentuk sempurnanya sekaligus jelas dan tersedia.
Menurut de haan mengenai terjadinya teks ada beberapa kemungkinan di antaranya
yakni :
1)
Aslinya hanya ada dalam ingatan pengarang atau pengelola
cerita.Tutun temurun secara terpisah,yang satu dari yang lain melalui
dikte,apabila orang ingin memiliki teks itu sendiri.tiap kali teks dituturkan
dapat terjadi variasi.perbedaan teks adalah bukti pelaksanaan penurunan dan
perkembangan cerita sepanjang hidup pengarang.
2)
Aslinya teks tertulis,yang kurang lebih merupakan
kerangka yang masih memungkin atau memerlukan kebebasan seni.
3)
Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan
dalam pembawaanya,karena pengarang telah menentukan pilihan kata,urutan-urutan
kata dan komposisi untuk memenuhi maksud tertentu yang ketat dalam bentuk
literer itu.[2]
D. Proses
penyalinan teks
Rangkaian penurunan yang dilewati oleh suatu
teks yang turun-menurun disebut tradisi,naskah diperbanyak karena orang
ingin memiliki sendiri naskah itu,sebabnya mungkin karena naskah asli sudah
rusak dimakan zaman atau karena kekhawatiran terjadi sesuatu dengan naskah yang
asli misalnya ,hilang,terbakar,ketumpahan benda cair karena perang atau hanya
karena terlantar saja.
Mungkin pula naskah di salin dengan tujuan magis.dengan
menyalin suatu naskah tertentu, orang merasa mendapatkan kekuatan magis dari naskah
yang di salinya itu.naskah yang di anggap penting di salin dengan berbagai
tujuan,misalnya tujuan politik,agam,pendidikan dan sebagainya.
Akibat penyalinan,terjadilah beberapa atau
bahkan banyak mengalami perubahan cerita.dalam penyalinan yang berkali-kali
itu,tidak tertutup kemungkinan timbulnya bebagai kesalahn atau perubahan.hal
ini terjadi antara lain,karena mungkin si penyalin kurang memahami bahasa atau
pokok persoalan naskah yang disalinya,mungkin pula karena tulisanya tidak
terbaca/tidak jelas,karena salah baca atau karena ketidaktelitian,sehingga
beberapa huruf hilang.
Dalam proses salin-menyalin yang
demikian,rusak bacaan tidak dapat dihindari,disamping perubahan yang terjadi
karena ketidaksengajaan,setiap penyalin bebas dengan sengaja menambah,mengurangi,mengubah
naskah menurut seleranya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi zaman
penyalinan.
Sehubung denga itu,teks modern pun perlu
diadakan penelitian secara filologis,karena ada kemungkinan yang menyebabkan
terjadinya bentuk-bentuk penyajian itu adalah perubahan-perubahan yang diadakan
oleh penyusunya sendiri dengan maksud menyempurnakan teks sesuai dengan
pertimbangan atau pandangan sebaik-baiknya.
Disamping itu,unsur-unsur dari luar yang
berhubungan dengan teks seperti pengetik,pencetak dan sebagainya dapat
merupakan penyebab timbulnya perbedaan antara penyajian atau penerbitan karya
yang sama.dengan demikian,naskah salinan belum tentu merupakan kopi yang
sempurna dari naskah yang disalin.ada kalanya perbedaan hanya kecil saja,tetapi
ada pula perbedaan yang besar,sehingga timbul naskah-naskah yang berbeda versi
atau berbeda bacaanya.[3]
E. Tugas filolog
Tugas filolog di pandang berat karena ia tidak hanya sekedar
menghadapi naskah-naskah yang dipandang sakit dan bahkan kondisinya parah,tetapi
ia harus merestorasi atau menyehatkan lebih dahulu melalui kerja filolog,kerja
filologi yang di maksud meliputi inventarisasi naskah,deskripsi naskah.penentuan
naskah yang akan dijadikan dasar suntingan teks, dan penyuntingan. Kesemuanya
itu adalah tugas pertama filolog.
Setelah tugas filolog yang pertama di atas
dapat dilakukan dengan baik,filolog dapat menjalankan tugas berikutnya,yaitu
melakukan penelitian lebih lanjut yang berupa analisis isi naskah.analisis isi
naskah dapat berupa linguistik analisis sastra.analisis sastra dapat berupa
analisis struktur cerita, tema dan fungsinya,pengaruh asing,latar belakang
kebudayaan, ataupun unsur-unsur yang lain yang berperan dalam teksnya.semuanya
itu dapat dianalisis dengan memanfaatkan salah satu teori dan metode sastra
modern sesuai dengan kondisi dan situasi teks yang dihadapi peneliti.dengan
begitu isi naskah akan dapat dibaca dengan mudah dan diketahui secara luas oleh
generasi muda masa kini dan pembaca lainya.[4]
F. Kesimpulan
1)
Naskah dan teks merupakan objek kajian dalam
filologi.objek kajian filologi berupa naskah maupun teks tulisan tangan yang
menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa
masa lampau
2)
Berkaitan dengan masalah teks,jarang ada teks yang bentk
aslinya atau bentuk sempurnanya sekaligus jelas dan tersedia. Menurut de haan
mengenai terjadinya teks ada beberapa kemungkinan
3)
Rangkaian penurunan yang dilewati oleh suatu teks yang
turun-menurun disebut tradisi,naskah diperbanyak karena orang ingin
memiliki sendiri naskah itu,sebabnya mungkin karena naskah asli sudah rusak
dimakan zaman atau karena kekhawatiran terjadi sesuatu dengan naskah yang asli
misalnya ,hilang,terbakar,ketumpahan benda cair karena perang atau hanya karena
terlantar saja.
4)
Tugas filolog di pandang
berat karena ia tidak hanya sekedar menghadapi naskah-naskah yang
dipandang sakit dan bahkan kondisinya parah,tetapi ia harus merestorasi atau
menyehatkan lebih dahulu melalui kerja filolog
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Sulistyorini, Filologi Teori Dan
Penerapanya (Malang,Madani 2015)
Elis Suryani Ns,Filologi (Bogor,Ghalia
Indonesia 2012)
Sangidu Tugas Filolog (Yogyakarta,Ugm Press
2016)
[1] Dwi Sulistyorini, Filologi Teori
Dan Penerapanya (Malang,Madani 2015) 18
[2] Elis Suryani NS,FILOLOGI (Bogor,Ghalia
Indonesia 2012) 50
[3] Elis Suryani NS,Filologi (Bogor,Ghalia
Indonesia 2012) 52
[4] Sangidu Tugas Filolog (Yogyakarta,UGM Press
2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar