Selasa, 05 Maret 2019

HUBUNGAN FILOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN



HUBUNGAN FILOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN
A.    Latar Belakang
Setiap ilmu pengetahuan tidak bisa berdiri sendiri, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat interdisipliner yakni selalu membutuhkan ilmu-ilmu yang lain. Salah satunya ilmu filologi, ilmu tersebut mempunyai tali yang erat dengan ilmu-ilmu yang lain dan hubungan filologi dengan ilmu lain itu akan menimbulkan tujuan tersendiri.
Filologi sebagai suatu disiplin ilmu tidak bisa berdiri sendiri. Filologi membutuhkan ilmu lain sebagai ilmu bantu. Adapun ilmu bantu filologi, sepeerti: Linguistik, ilmu sastra, floklor, ilmu, Ilmu Budaya.
Ilmu-ilmu bantu tersebut mempunyai peranan penting  dalam kajian filologi karena untuk membantu mencapai tujuan filologi tersebut. Hubungan filologi dengan ilmu sejarah, ilmu antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor. Yang akan dijelaskan dalam makalah ini.

B.     Alasan Hubungan Filologi dengan Ilmu Lain
            Ilmu pengetahuan tidak dapat berdiri sendiri, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat interdisipliner. Demikian pula filologi sebagai salah satu cabang ilmu tentunya memerlukan ilmu bantuan lain. Ilmu-ilmu bantu dalam filologi antara lain ilmu sejarah, ilmu antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor.
Ilmu-ilmu bantu tersebut mempunyai peranan penting  dalam kajian filologi karena untuk membantu mencapai tujuan filologi tersebut. Oleh karena itu, filologi mempunyai hubungan tidah hanya dengan satu ilmu. Melainkan dengan seluruh studi ilmu pengetahuan yakni dengan ilmu sejarah, ilmu antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor. Hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut mempunyai manfaat dan tujuan masing-masing.
C.    Hubungan Filologi dengan Ilmu Lain
Filologi tidak hanya berhubungan dengan satu studi ilmu pengetahuan , tettapi ilmu tersebut berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lain. Diantaranya adalah ilmu sejarah, ilmu antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1.      Hubungan Filologi dengan Ilmu Budaya
Antropologi tentunya sangan berkaitan dengan budaya, karena antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang budaya suatu daerah atau bangsa. Budaya tersebut berkaitan erat dengan cara hidup manusia, baik secara fisik maupun sosial. Cara hidup Dewata Cengkar sebagai penguasa kerajaan Mendhangkamolan yang terbiasa dilayani oleh kiyai Patih merupakan tradisi yang ada dalam kehidupan kerajaan. Seorang raja dan keluarga biasa dilayani oleh patih maupun abdi dalem. Dalam teks Ajisaka ana ing Mendhangkamolan dapat dipahami bagaimana tradisi kehidupan masyarakat desa yang masih mengutamakan kebersamaan, saling menolong juga tercermin dalam cerita tersebut. Demikian pula dalam Serat Wedatama juga diuraikan bagaimana menyembah kepada Tuhan. Dalam hal ini, masyarakat Jawa mengenal dengan itilah “sembah raga”. Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah atau amal perbuatan yang bersifat lahiriah. Cara bersucinya sama dengan sembah yang biasa dengan menggunkan ait (wudlu). Isi dalam naskah tersebut diatas dapat diuraikan secara rinci jika memahami budaya suatu daerah, sehingga antropolog mempuunyai peranan dalam kajian filologi.
Tradisi merawat naskah sering dijumpai di museum maupun di perpustakaan. Perawatan naskah lama perlu dilakukan agar naskah tersebut tidak mudah rusak. Salah satu cara perawatan naskah lama dapat dilakukan dengan cara mengangin-anginkan  atau nyirami. Proses nyirami memberikan sesaji.
2.      Hubungan Filologi dengan Ilmu Bahasa
Bahasa merupaka saran untuk mengungkapakan ide maupun gagasan secara tertulis maupun lisan. Cerita-cerita yang ada dalam naskah lama merupakan wujud dari ide penulsnya. Ide tersebut dituangkan dalam bahasa tulisan. Bahasa yang digunakan dalam naskah lama adalah bahasa daerah. Bahasa daerah tersebut dapat dipahami dengan bantuan ilmu bahasa, baik etimologi, fonologi, morfologi, sosiolinguistik, maupun stilistika. Proses transkipsi dan transliterasi naskah dapat dilakukan jika memahami adanya bahasa. Untuk mengetahui asal-usul kata dalam memaknainya.kata lathi (bahasa Indonesia: bibir) merupakan penggalan dari thi pada kata melati yang mempunyai arti ucapan-ucapan yang terlontar dari bibir agar selamat.
Pemeberian arti daalam naskah juga perlu dilihat konteks kalimatnya. Kata tilik dalam kalimat “Kyai Patih tilik menyang omahe Nyai Rondha Sengekran ngandaake dukane sang Prabu” mempunyai arti mengunjungi. Demikian pula kata mulang muruh artinya mengajarkan berbagai macam pengetahuan. Kata-kata dalam Hikayat Si Miskin menggunkana bahasa Melayu karena latar cerita menggambarkan keidupan sosial masyarakat Melayu. Kata-kata yang digunakan dalam naskah tersebut antara lain biduanda rtunya menyanyi, beduripadi artinya berbagai batu permata, biti-biti artinya hamba perempuan istana. Selain itu, dalam naskah Jawa ditunjukkan adanya unggah ungguh basa yang digambarkan melalui percakapan para tokohnya. Tokoh yang lebih muda menggunakan bahasa Jawa Krama ketika berbicara kepada tokoh yang lebih tua dan Jawa Krama Inggil digunakan oleh masyarakat biasa kepada orang yang dihormati.
Gaya bahasa juga menandai pada naskah Melayu meupun naskah bertuliskan Jawa. Dalam naskah Melayu biasanya sering digunakan kata maka, hamba dan, Subhanahu Wata’ala, kalian.
3.      Hubungan Filologi dengan Ilmu Sastra
Cerita dalam naskah tidak lepas dari unsur-unsur pembangunan cerita. Unsur-unsur tersebut yakni tema, alur tokoh, latar, amanat, dan gaya bahasa.unsur pembangunan cerita yang ada dalam naskah lama dapat dikaji dengan pendekata struktural digunakan untuk mengkaji alur, tokoh, tema, maupun amanat dalam cerita.karakter tokoh yang ada dalam teks Ajisaka ana ing Mendhangkamolan dapat diketaui dengan pendekatan struktural. Dalam cerita tersebut karakter Aji yakni santun, andhap ashor, dan suka menolong. Sedangakn karakter Dewata Cengkar yang serakah, kejam, dan keras kepala, dan dengan tokoh yang lain. Amanat yang ada dalam menghadapi masalah perlu adanya musyawarah agar masalah tersebut dapat terselesaikan.
Naskah maupun teks Melayu yang bertuliskan Arab Pegon juga berkembang di pesantern. Teks Melayu yang berkembang di kalangan pesantren tersebut berupa syair. Untuk memahami isi syiir tersebut dapat digunakan pendekatan reseptif yang menitikberatkan pada aspek pembaca. Demikian pula pendekatan reseptif yang digunakan dalam Serat Wedhatama dipahami adanya konsep tasawuf Jawa untuk mencapai manunggaling kawulaning gusti agar dapat mewujudkan adanya kesatuan antara Tuhan, manusia, dan dunia sebagai kehidupan yang dihuni oleh manusia. Dengan demikian ilmu sastra mempunyai peranan penting untuk memahami isi dan kartu struktural naskah lama dalam filologi.
4.      Hubungan Filologi dengan Folklor
Filologi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan folklor. Cerita yang ada dalam naskah banyak berasal dari cerita lisan kemudian ditulis. Folklor dikenal dengan adanya tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut dapat berupa legenda, dongeng, mite, sage, mantra yang sering dibaca saat upacara rakyat. Cerita legenda Tengger dalam Serat  Bebad Tengger yang ditulis bentuk tembang Macapat maupun bentuk prosa dengan tulisan Arab terbalik menceritakan tentang kondisi wilayah Tengger dan kehidupan masyarakat Tengger sebelum dihuni oleh manusia sampai dengan ada penghuninya.
Legenda sebagai folklor lisan tersebut juga menjadi sumber untuk penulisan naskah lama. Selain itu, mantra yang digunakan dalam ritual atau upacara rakyat juga ditulis dalam teks. Teks mantra tersebut dapat dilihat pada mantra pangesti luhur yang digunakan dalam ritual pencarian berkah di Sendhang boto rubuh di pedukuhan Gunung rejo kecamatan singosari kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian Elyda (2012), dalam pembukuan mantra ada kata-kata Hong Wilahing Jati yang artinya Wahai Tuhan yang sejati. Hal ini menandakan bahwa sang pelaku semedi mengakui keberadaan Tuhan yang akan menerima donya. Selain itu juga ditemukan kata sukma rasa rasaning menyan yang menandakan bahwa ia ingin menetralkan jiwanya dari pengaruh pengaruh negatif dan sifat keduniawian. Kata-kata yang terdapat dalam mantra tersebut mempunyai makna yang mendukung ritual pencarian berkah disendhang boto rubuh tersebut.
D.    KESIMPULAN
Filologi sebagai salah satu cabang ilmu tentunya memerlukan ilmu bantu lain. Ilmu-ilmu bantu tersebut mempunyai peranan penting filologi karena membantu mencapai tujuan kajian filologi. Antara lain sejarah, ilmu budaya, ilmu bahasa, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan floklor. Hubungan filologi sejarah dapat digunakan untuk memahami sejarah tercermin dalam isi cerita dalam naskah. Hubungan filologu dengan ilmu budaya mempunyai hubungan yang erat untuk memahami tradisi budaya masyarakat yang ada dalam cerita dan tradisi budaya masyarakat Jawa untuk melakukan perawatan naskah dengan cara nyirami. Hubungan filologi dengan ilmu bahasa dapat digunakan ilmu etimologi untuk mengetahui asal-usul kata yang digunakan dalam naskah, stilistika untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan dalam naskah Jawa maupun Melayu, maupun sosiolinguistik untuk mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang menjadi latar cerita. Hubungan filologi dengan ilmu sastra adalah untuk mengetahui unsur instristik dalam cerita sebagai pembangun dari dalam karya sastra itu sendiri, fungsi cerita yang berorientasi sebagai hiburan dan mendidik, dan mengungkapkan nilai-nilai yang ada dalam naskah sesuai pemahaman pembaca. Hubungan filologi dengan floklor dapat diketahui bahwa cerita yang ditulis dalam naskah dan teks bersumber dari legenda maupun kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat sebagai tradisi budaya masyarakat pemilik cerita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wahyu Styabudi