HUBUNGAN FILOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN
A.
Latar Belakang
Setiap ilmu
pengetahuan tidak bisa berdiri sendiri, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan
itu bersifat interdisipliner yakni selalu membutuhkan ilmu-ilmu yang lain.
Salah satunya ilmu filologi, ilmu tersebut mempunyai tali yang erat dengan
ilmu-ilmu yang lain dan hubungan filologi dengan ilmu lain itu akan menimbulkan
tujuan tersendiri.
Filologi
sebagai suatu disiplin ilmu tidak bisa berdiri sendiri. Filologi membutuhkan
ilmu lain sebagai ilmu bantu. Adapun ilmu bantu filologi, sepeerti: Linguistik,
ilmu sastra, floklor, ilmu, Ilmu Budaya.
Ilmu-ilmu bantu
tersebut mempunyai peranan penting dalam
kajian filologi karena untuk membantu mencapai tujuan filologi tersebut.
Hubungan filologi dengan ilmu sejarah, ilmu antropolog, ilmu bahasa, ilmu
sastra, dan ilmu floklor. Yang akan dijelaskan dalam makalah ini.
B.
Alasan Hubungan Filologi dengan Ilmu Lain
Ilmu pengetahuan
tidak dapat berdiri sendiri, karena pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat
interdisipliner. Demikian pula filologi sebagai salah satu cabang ilmu tentunya
memerlukan ilmu bantuan lain. Ilmu-ilmu bantu dalam filologi antara lain ilmu
sejarah, ilmu antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor.
Ilmu-ilmu bantu
tersebut mempunyai peranan penting dalam
kajian filologi karena untuk membantu mencapai tujuan filologi tersebut. Oleh
karena itu, filologi mempunyai hubungan tidah hanya dengan satu ilmu. Melainkan
dengan seluruh studi ilmu pengetahuan yakni dengan ilmu sejarah, ilmu
antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor. Hubungan dengan
ilmu-ilmu tersebut mempunyai manfaat dan tujuan masing-masing.
C.
Hubungan Filologi dengan Ilmu Lain
Filologi tidak
hanya berhubungan dengan satu studi ilmu pengetahuan , tettapi ilmu tersebut
berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lain. Diantaranya adalah ilmu sejarah, ilmu
antropolog, ilmu bahasa, ilmu sastra, dan ilmu floklor yang akan dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Hubungan Filologi dengan Ilmu Budaya
Antropologi
tentunya sangan berkaitan dengan budaya, karena antropologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang budaya suatu daerah atau bangsa. Budaya tersebut berkaitan
erat dengan cara hidup manusia, baik secara fisik maupun sosial. Cara hidup
Dewata Cengkar sebagai penguasa kerajaan Mendhangkamolan yang terbiasa dilayani
oleh kiyai Patih merupakan tradisi yang ada dalam kehidupan kerajaan. Seorang
raja dan keluarga biasa dilayani oleh patih maupun abdi dalem. Dalam teks Ajisaka
ana ing Mendhangkamolan dapat dipahami bagaimana tradisi kehidupan
masyarakat desa yang masih mengutamakan kebersamaan, saling menolong juga
tercermin dalam cerita tersebut. Demikian pula dalam Serat Wedatama juga
diuraikan bagaimana menyembah kepada Tuhan. Dalam hal ini, masyarakat Jawa
mengenal dengan itilah “sembah raga”. Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan
mengutamakan gerak laku badaniah atau amal perbuatan yang bersifat lahiriah.
Cara bersucinya sama dengan sembah yang biasa dengan menggunkan ait (wudlu).
Isi dalam naskah tersebut diatas dapat diuraikan secara rinci jika memahami
budaya suatu daerah, sehingga antropolog mempuunyai peranan dalam kajian
filologi.
Tradisi merawat
naskah sering dijumpai di museum maupun di perpustakaan. Perawatan naskah lama
perlu dilakukan agar naskah tersebut tidak mudah rusak. Salah satu cara
perawatan naskah lama dapat dilakukan dengan cara mengangin-anginkan atau nyirami. Proses nyirami memberikan
sesaji.
2.
Hubungan Filologi dengan Ilmu Bahasa
Bahasa merupaka
saran untuk mengungkapakan ide maupun gagasan secara tertulis maupun lisan.
Cerita-cerita yang ada dalam naskah lama merupakan wujud dari ide penulsnya.
Ide tersebut dituangkan dalam bahasa tulisan. Bahasa yang digunakan dalam
naskah lama adalah bahasa daerah. Bahasa daerah tersebut dapat dipahami dengan
bantuan ilmu bahasa, baik etimologi, fonologi, morfologi, sosiolinguistik,
maupun stilistika. Proses transkipsi dan transliterasi naskah dapat dilakukan
jika memahami adanya bahasa. Untuk mengetahui asal-usul kata dalam
memaknainya.kata lathi (bahasa Indonesia: bibir) merupakan penggalan
dari thi pada kata melati yang mempunyai arti ucapan-ucapan yang
terlontar dari bibir agar selamat.
Pemeberian arti
daalam naskah juga perlu dilihat konteks kalimatnya. Kata tilik dalam
kalimat “Kyai Patih tilik menyang omahe Nyai Rondha Sengekran ngandaake
dukane sang Prabu” mempunyai arti mengunjungi. Demikian pula kata mulang
muruh artinya mengajarkan berbagai macam pengetahuan. Kata-kata dalam Hikayat
Si Miskin menggunkana bahasa Melayu karena latar cerita menggambarkan
keidupan sosial masyarakat Melayu. Kata-kata yang digunakan dalam naskah
tersebut antara lain biduanda rtunya menyanyi, beduripadi artinya
berbagai batu permata, biti-biti artinya hamba perempuan istana. Selain
itu, dalam naskah Jawa ditunjukkan adanya unggah ungguh basa yang
digambarkan melalui percakapan para tokohnya. Tokoh yang lebih muda menggunakan
bahasa Jawa Krama ketika berbicara kepada tokoh yang lebih tua dan Jawa Krama
Inggil digunakan oleh masyarakat biasa kepada orang yang dihormati.
Gaya bahasa
juga menandai pada naskah Melayu meupun naskah bertuliskan Jawa. Dalam naskah
Melayu biasanya sering digunakan kata maka, hamba dan, Subhanahu Wata’ala,
kalian.
3.
Hubungan Filologi dengan Ilmu Sastra
Cerita dalam
naskah tidak lepas dari unsur-unsur pembangunan cerita. Unsur-unsur tersebut
yakni tema, alur tokoh, latar, amanat, dan gaya bahasa.unsur pembangunan cerita
yang ada dalam naskah lama dapat dikaji dengan pendekata struktural digunakan
untuk mengkaji alur, tokoh, tema, maupun amanat dalam cerita.karakter tokoh
yang ada dalam teks Ajisaka ana ing Mendhangkamolan dapat diketaui
dengan pendekatan struktural. Dalam cerita tersebut karakter Aji yakni santun,
andhap ashor, dan suka menolong. Sedangakn karakter Dewata Cengkar yang serakah,
kejam, dan keras kepala, dan dengan tokoh yang lain. Amanat yang ada dalam
menghadapi masalah perlu adanya musyawarah agar masalah tersebut dapat
terselesaikan.
Naskah maupun
teks Melayu yang bertuliskan Arab Pegon juga berkembang di pesantern. Teks
Melayu yang berkembang di kalangan pesantren tersebut berupa syair. Untuk
memahami isi syiir tersebut dapat digunakan pendekatan reseptif yang
menitikberatkan pada aspek pembaca. Demikian pula pendekatan reseptif yang
digunakan dalam Serat Wedhatama dipahami adanya konsep tasawuf Jawa
untuk mencapai manunggaling kawulaning gusti agar dapat
mewujudkan adanya kesatuan antara Tuhan, manusia, dan dunia sebagai kehidupan
yang dihuni oleh manusia. Dengan demikian ilmu sastra mempunyai peranan penting
untuk memahami isi dan kartu struktural naskah lama dalam filologi.
4.
Hubungan Filologi dengan Folklor
Filologi mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan folklor. Cerita yang ada dalam naskah banyak
berasal dari cerita lisan kemudian ditulis. Folklor dikenal dengan adanya
tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut dapat berupa legenda, dongeng, mite,
sage, mantra yang sering dibaca saat upacara rakyat. Cerita legenda Tengger
dalam Serat Bebad Tengger yang
ditulis bentuk tembang Macapat maupun bentuk prosa dengan tulisan Arab terbalik
menceritakan tentang kondisi wilayah Tengger dan kehidupan masyarakat Tengger
sebelum dihuni oleh manusia sampai dengan ada penghuninya.
Legenda sebagai
folklor lisan tersebut juga menjadi sumber untuk penulisan naskah lama. Selain
itu, mantra yang digunakan dalam ritual atau upacara rakyat juga ditulis dalam
teks. Teks mantra tersebut dapat dilihat pada mantra pangesti luhur yang
digunakan dalam ritual pencarian berkah di Sendhang boto rubuh di pedukuhan Gunung
rejo kecamatan singosari kabupaten Malang. Berdasarkan hasil penelitian Elyda
(2012), dalam pembukuan mantra ada kata-kata Hong Wilahing Jati yang
artinya Wahai Tuhan yang sejati. Hal ini menandakan bahwa sang pelaku semedi
mengakui keberadaan Tuhan yang akan menerima donya. Selain itu juga ditemukan
kata sukma rasa rasaning menyan yang menandakan bahwa ia ingin
menetralkan jiwanya dari pengaruh pengaruh negatif dan sifat keduniawian.
Kata-kata yang terdapat dalam mantra tersebut mempunyai makna yang mendukung
ritual pencarian berkah disendhang boto rubuh tersebut.
D.
KESIMPULAN
Filologi
sebagai salah satu cabang ilmu tentunya memerlukan ilmu bantu lain. Ilmu-ilmu
bantu tersebut mempunyai peranan penting filologi karena membantu mencapai
tujuan kajian filologi. Antara lain sejarah, ilmu budaya, ilmu bahasa, ilmu
bahasa, ilmu sastra, dan floklor. Hubungan filologi sejarah dapat digunakan
untuk memahami sejarah tercermin dalam isi cerita dalam naskah. Hubungan
filologu dengan ilmu budaya mempunyai hubungan yang erat untuk memahami tradisi
budaya masyarakat yang ada dalam cerita dan tradisi budaya masyarakat Jawa
untuk melakukan perawatan naskah dengan cara nyirami. Hubungan filologi
dengan ilmu bahasa dapat digunakan ilmu etimologi untuk mengetahui asal-usul
kata yang digunakan dalam naskah, stilistika untuk mengetahui gaya bahasa yang
digunakan dalam naskah Jawa maupun Melayu, maupun sosiolinguistik untuk
mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang menjadi latar cerita.
Hubungan filologi dengan ilmu sastra adalah untuk mengetahui unsur instristik
dalam cerita sebagai pembangun dari dalam karya sastra itu sendiri, fungsi
cerita yang berorientasi sebagai hiburan dan mendidik, dan mengungkapkan
nilai-nilai yang ada dalam naskah sesuai pemahaman pembaca. Hubungan filologi
dengan floklor dapat diketahui bahwa cerita yang ditulis dalam naskah dan teks
bersumber dari legenda maupun kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat sebagai
tradisi budaya masyarakat pemilik cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar