PENGERTIAN SOSIOLOGI / SOSIOLOGI AGAMA/ III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sumber daya
manusia Indonesia adalah suatu upaya meningkatkan kualitas manusia yang
dilakukan terus-menerus, sejalan dengan
kebutuhan akan kemampuan bangsa Indonesia menjawab tantangan zaman. Tantangan
yang tampak menghadang kita terutama berkaitan dengan masalah-masalah
sosial-politik. Sehubungan dengan itu, dalam kedudukannya sebagai sebuah ilmu
sosial sudah sepantasnya sosiologi berada di posisi terdepan dalam upaya
bersama-sama melalui pemikiran kritis dan memberikan
alternatif-alternatif teoritis
dalam menjawab tantangan yang ada sekarang dan di masa depan. Untuk itu makalah
ini dibuat sebagai bentuk upaya meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku
dan berinteraksi dalam keragaman realitas sosial, budaya maupun agama berdasarkan
etika yang ada dalam masyarakat itu sendiri.[1]
A.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka yang menjadi fokus bahasan dalam makalah ini adalah :
1.
Apa
pengertian sosiologi ?
2. Apa saja pokok-pokok bahasan sosiologi ?
- Bagaimana sejarah sosiologi ?
B.
Tujuan masalah
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah dipaparkan, akan timbul suatu pemecahan masalah.
Yakni:
1.
Mengetahui pengertian sosiologi.
2.
Mengetahui pokok-pokok bahasan sosiologi.
3.
Mengetahui sejarah
sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sosiologi
Istilah
Sosiologi pertama kali ditemukan oleh ahli filsafat, moralis, dan sekaligus
sosiolog berkebangsaan Perancis, Auguste Comte[2]. Menurut Comte, sosiologi berasal dari kata
latin socius yang artinyaz teman
atau sesama dan logis
dari kata Yunani yang artinya cerita.
Jadi, pada
awalnya, sosiologi berarti bercerita tentang teman atau kawan.
Sebagai sebuah ilmu,
sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari
hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum.[3] Berikut ini
definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli[4] :
Pritium Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :
·
Hubungan dan pengaruh timbsl balik antara aneka macam
gejala social (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga, dan
gejala moral)
·
Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala
social dengan gejala nonsosial (gejala geografis, biologis)
·
Ciri-ciri umum semua jenis gejala social lain
Roucek dan Warren
Sosilogi adalah ilmu
yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok.
William F. Ogburn dan
Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah tentang stuktur-stuktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Max Weber
Sosiologi adalah ilmu
yang beruapaya memahami tindakan-tindakan sosial.
Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari stuktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.
Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu
yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan
kelompok tersebut.
Soerjono Soekanto
Sosilogi adalah ilmu
yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
William Kornblum
Sosiologi adalah suatu
upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan
menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
Allan Johnson
Sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama
kaitannya dengan suatu sistem
sosial, bagaimana sistem
mempengaruhi manusia dan bagaimana pula
orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem itu.
Dari beberapa definisi
di atas dapat disederhanakan, yaitu sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa
yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat
serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, dan empiris.
B.
Pokok-pokok Bahasan Sosiologi
·
Fakta Sosial
Fakta sosial adalah
cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan
memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di sekolah seorang murid
diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru.
Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki
sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara
bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang
bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
·
Tindakan
Sosial
Tindakan sosial adalah
suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh,
menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam
bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang
lain, merupakan tindakan sosial.
·
Khayalan
Sosiologis
Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat
memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.
Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah
masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara
keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah troubles dan issues.
Troubles adalah permasalahan pribadi
individu dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Issues merupakan hal yang ada
di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya
memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah trouble.
Masalah individual ini
pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota
tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka
pengangguran tersebut merupakan issue, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
·
Realitas
Sosial
Seorang sosiolog harus
bisa menyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas
yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah
dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka
pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
C.
Sejarah Sosiologi
Sejak awal masehi
hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia,
para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari
kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun
suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap
peradaban manusia.
Comte menyebutkan ada
tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan
perkembangan dari tahap sebelumya. Tiga tahapan itu adalah[5] :
1.
Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa
semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang
berada di atas manusia.
2.
Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap
bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang
pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa
setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk
menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3.
Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai
berpikir secara ilmiah.
Comte kemudian
membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis.
Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi
dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian tentang
perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Rintisan Comte tersebut
disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan
besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim,
Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin (semuanya berasal dari
Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari
masyarakat yang amat berguna untuk
perkembangan Sosiologi.
·
Herbert Spencer memperkenalkan
pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia,
sebagai suatu organisasi yang terdiri atas
bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
·
Karl Marx memperkenalkan
pendekatan materialisme dialektis, yang
menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari
perubahan dan perkembangan masyarakat. Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan
fungsionalisme yang berupaya
menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat
sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
·
Max Weber memperkenalkan
pendekatan verstehen (pemahaman), yang
berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan,
dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
Perkembangan pada abad
pencerahan
Banyak ilmuwan-ilmuwan
besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa
manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami
perkembangan dan kemunduran. Pendapat itu kemudian
ditegaskan lagi oleh para pemikir
di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka
berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui,
apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban
ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini. Berkembangnya ilmu
pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M),
turut berpengaruh terhadap
pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad
ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat
harus berpedoman pada akal budi manusia.
Pengaruh Perubahan Yang
Terjadi Di Abad Pencerahan
Perubahan-perubahan
besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M.
Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan
struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi
Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang
diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para
ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan
dalam masyarakat.
Gejolak abad revolusi
Perubahan yang terjadi
akibat revolusi benar-benar
mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku
ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniawan yang semula bergemilang
harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa
penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak
kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah. Revolusi Perancis
berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas.
Gejolak abad revolusi
itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis.
Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa
banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana
itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara
dini.
Perubahan drastis yang
terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan
rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
· Perubahan masyarakat
bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat
diketahui penyebab dan akibatnya.
·
Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat
menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan
bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
· Dengan metode ilmiah
yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan
teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi
sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.
Kelahiran sosiologi
modern
Sosiologi modern tumbuh
pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa?
(yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama
kalinya). Pada permulaan abad
ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu
berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya
kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat
itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras,
untuk sampai pada kesadaran
bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya
menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah
sosiologi modern. Berkebalikan dengan
pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut
pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari
fakta sosial demi fakta sosial yang muncul.
Berdasarkan fakta
sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam
sosiologi.
BAB III
KESIMPULAN
Istilah Sosiologi pertama kali ditemukan oleh
ahli filsafat, moralis, dan sekaligus sosiolog berkebangsaan Perancis, Auguste
Comte. Menurut Comte, sosiologi berasal dari kata latin socius yang
artinya teman atau sesama dan logis
dari kata Yunani yang artinya cerita.
Jadi pada awalnya, sosiologi berarti bercerita tentang teman atau kawan.
Sosiologi adalah ilmu
yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola
hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum,
rasional, dan empiris.
Pokok-pokok bahasan sosiologi, mencakup empat pembahasan. Yakni :
·
Fakta sosial
·
Tindakan
sosial
·
Khalayalan
sosiologis
·
Realitas
sosial
Sejak awal masehi
hingga abad 19, Eropa dapat dikatakan menjadi pusat tumbuhnya peradaban dunia,
para ilmuwan ketika itu mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari
kondisi dan perubahan sosial. Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun
suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.
Sosiologi modern tumbuh
pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa?
(yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama
kalinya). Pada permulaan abad
ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu
berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya
kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar
masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu
menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras,
untuk sampai pada kesadaran
bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya
menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah
sosiologi modern. Berkebalikan dengan
pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut
pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari
fakta sosial demi fakta sosial yang muncul.
Berdasarkan fakta
sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam
sosiologi.
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau refrensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak
berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penyusun pada
khususnya dan umumnya kepada para pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA
Weber, Max. Sosiologi
Agama, Jogjakarta. Diva Press, 2012
Drs. D. Hendropuspito. O.C. Sosiologi
Agama, Yogyakarta. Kanisius, 2006
E-JOERNAL.Pdf
: KONSEP DASAR SOSIOLOGI. 2010.
Fajar Pramono, Muhammad. Sosiologi Agama, Dalam Konteks Indonisia, Ponorogo. Lembaga Penerbitan Universitas Darussalam
Gontor, 2017
Andrey Korotayev,
Artemy Malkov, and Daria Khaltourina, Introduction to Social Macrodynamics,
Moscow. URSS, 2006
http://compsoc.bandungfe.net/intro/part08.html.
Diakses pada tanggal : 18 Agustus 2018
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
ROBERT AXELROD, The Complexity of Cooperation. Agent-Based Models of Competition and
Colaboration, Princeton University Press, 1997.
[1]
E-JOERNAL.Pdf : KONSEP
DASAR SOSIOLOGI. 2010. Hal. 1
[2]
Filsuf prancis sains dan
pemdiri sosiolog. 1836-1842
[3]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
[4]
E-JOERNAL.Pdf : KONSEP
DASAR SOSIOLOGI. 2010. Hal. 5
[5]
Terjemah buku : August Comte.
The Scientific Labors Necessary for Reorganinization of Society. 1822. Hal 7
Komentar
Posting Komentar