MANUSIA DAN AGAMA /SOSIOLOGI AGAMA /III
BAB I
A. LatarBelakang
Kajian tentang manusia
dapat dilihat dari
berbagai perspektif dan disiplin ilmu, seperti ilmu antropologi, ilmu
filosofi,ilmu sosiologi, ilmu
psikologi, dan ilmu
al-Qur‟an. Makalah ini mengetengahkan tentang manusia menurut pandangan
Islam. Islam berpandangan bahwa manusia itu terdiri dari dua unsur, yaitu unsur
materi dan non
materi. Ada empat
kata yang digunakan
al-Qur‟an untuk menunjuk manusia,
yaitu al-basyar, al-insān,
al-nās, dan banī ādam.
Manusia merupakan makhluk yang
paling mulia dan sangat
unik. Manusia dianugerahi
berbagai potensi dan
petunjuk kebenaran dalam menjalani
kehidupan di dunia
dan akhirat. Manusia memiliki
potensi dasar yang
dapat membedakan dengan makhluk lainnya, yaitu akal, qalbu,
dan nafsu. Dalam kehidupan di dunia, selain sebagai hamba Allah, manusia juga
diberi tugas menjadi khalifah di bumi serta mengelola dan memelihara alam.
B. RumusanMasalah
1. Apa yang
dimaksud dengan Manusia dan Agama ?
2. Bagaimana
tipe-tipe Masyarakat Agama ?
3. Apa Hubungan
Manusia dan Agama ?
C. TujuanMasalah
1. Mengerti
Tentang Manusia dan Agama.
2. Mengetahui
Tentang Tipe-tipe Masyarakat agama.
3. Mengetahui
Hubungan Manusia dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusiadan agama
Agama, seperti struktur
yang saling mengait antara kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan yang bersifat
transendental. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan
untuk menjelaskan makna hidup dan menjelaskan asal usul kehidupan atau alam
semesta. Seperti yang terjadi pada setiap daerah dan pada setiap agama di dunia
yang memiliki mitos penciptaannya, tentu mempunyai penjelasan yang berbeda
sesuai dengan keyakinan umatnya. Dari keyakinan mereka tentang mitology,
kosmology dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama
atau gaya hidup yang mereka disukai. Banyak agama yang mungkin telah
mengorganisir perilaku, kependetaan atau seorang yang memimpin ibadah dan
upacara, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan dan larangan sebagai
anggota/umat, tempat-tempat suci, orang-orang suci dan kitab suci. Praktek
agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa
atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan,
layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau
aspek lain dari budaya manusia.
Agama merupakan suatu
lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu
terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya. Perbedaan dan persamaan inilah yang
nantinya bisa memberi ruang saling memahami diantaranya. Sedemikian luasnya
mengenai hal- hal yang berhubungan dengan religi, membuat definisi tentang
agama, sedapat mungkin menjadi sederhana dan menyeluruh. Diharapkan tidak
terlalu sempit maupun terlalu longgar, tetapi dapat dikenakan kepada agama-
agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu sendiri.
Sesudah
berabad-abad lamanya agma-agama dan masyarakat-masyarakat yang dibentuk oleh
agama-agama menarik minat para ahli filsafat, tetapi peneliian agama-agama
secara ilmiah baru mulai kira-kra satu abad yang alu. Permulaanitumemperlihatkansifat-sifatanti-Agama
sebagaiwarisandarirevolusiperancis(1789).Para filsuf yang
mempeloporirevolusiitumemandang agama sebagaibentengkonservatismedanmemanglah
agama padadewasaitumenentangperubahanzaman.Demikianaugustecomtememandang agama
sebagaisuatujenispengetahuan yang agakrendah. Lebih-lebihlagikarlmarx,
menganggap agama sebagaialatkelasatasanuntukmenindaskelasbawahandanpendapat
Durkheim tidakberbedajauhdariitu, di manaiamenamakan agama suatusublimasi
(pendewaan) darimasyarakat yang menyembahdiri.[1]
B. Tipe-tipemasyarakat agama
Di dalamuraiantentangteorilapisan, senantiasadijumpaiistilahkelas (social
class).Seperti yang seringterjadidenganbeberapaistilah lain dalamsosiologi,
istilah kelas juga tidak selalu mempunyai arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan system kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjuml ahankelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system.Artinya, semua orang dan keluarga yang sadarakan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian pengertian kelas parallel dengan pengertianl apisantan pamembedakan apa kah dasar lapisan itu fakto ruang, tanah, kekuasaan, ataudasarlainnya.[2] Tipe-tipe Masyarakat sebagai berikut :
1. Masyarakat-masyarakat yang terbelakang
Masyarakat-masyarakat
yang mewakili tipe pertama adalah masyarakat yang kecil, terisolasi dan
terbelakang. Tingkat perkembangan tehnik mereka rendah dan pembagian kerja atau
pembidangan kelas-kelas mereka relatif kecil. Keluarga adalah lembaga mereka
yang pali penting dan spesialisasi pengorganisasian kehidupan pemerintah dan
ekonomi masih amat sederhana, dan lajuperubahan social masih lambat.
2.
Masyarakat-masyarakat
Pra-Industri yang sedang berkembang
Masyarakat-masyarakat
tipe kedua ini tidak begitu terisolasi, barubah lebih cepat, lebih luas daerahnya
dan lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan
teknologi yang lebih tinggi dari masyarakat-masyarakat tipe pertama. Cirri
umumnya adalah pembagian kerja yang luas, kelas-kelas social yang beraneka
ragam, serta adanya kemampuan baca tulis sampai tingkat tertentu. Pertanian dan
industri tangan adalah sarana-sarana utama untuk menopang ekonomi pedesaan,
dengan beberapa pusat perdagangan kota. Lembaga-lembaga pemerintahan dan
kehidupan ekonomi berkembang menuju spesialisasi dan jelas dapat dibedakan.
Suatu organisasi keagamaan yang biasanya menghimpun semua anggota memberi cirri khas kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan organisasi formal yang terpisah dan berbeda, serta mempunyai tenaga kerja professional sendiri. Agama tentu saja memberikan arti ikatan kepada system nilai dalam tipe masyarakat ini, akan tetapi pada saat yang sama lingkungan yang saklar dan yang sekuler itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan. Dilain pihak agama tidak memberikan dukungan yang sempurna seperti itu dalam aktivitas-aktivitas sehari-hari sebagaimana dalam masyaraket tipe pertama, lagi pula kepercayaan keagamaan itu sendiri pantas dikembangkan dengan agak baik sebagai suatu system yang serga lengkap.
Suatu organisasi keagamaan yang biasanya menghimpun semua anggota memberi cirri khas kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan organisasi formal yang terpisah dan berbeda, serta mempunyai tenaga kerja professional sendiri. Agama tentu saja memberikan arti ikatan kepada system nilai dalam tipe masyarakat ini, akan tetapi pada saat yang sama lingkungan yang saklar dan yang sekuler itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan. Dilain pihak agama tidak memberikan dukungan yang sempurna seperti itu dalam aktivitas-aktivitas sehari-hari sebagaimana dalam masyaraket tipe pertama, lagi pula kepercayaan keagamaan itu sendiri pantas dikembangkan dengan agak baik sebagai suatu system yang serga lengkap.
3.
Masyarakat-masyarak
industri sekuler
Terdapat
sejumlah sub-sub tipe dalam masyarakat tipe iniyang tidak dapat diutarakan
secara memadai, deskripsi dibawah ini condong kepada masyarakat perkotaan
moderen di Amerika Serikat. Masyarak-masyarakat tipe ini sangat dinamik,
teknologi sangat dan semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan
sebagian penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting
adalah penyesuaian –penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan mereka
sendiri.[3]
C.
Hubungan manusia dan agama
Kondisi umat
islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang
dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi
nilai-nilai keimanannya. Sosok pribadi orang islam seperti di sebutkan
sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi
kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia
di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan
umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu
sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi
“Rahmatan lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh
(Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan
dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan
teknologi).
Mereka
diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna
esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti : pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran
dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat
juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-nilai
ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadag ghair mahdlah (hamlumminanas)
dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur
makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.
Agama sangat
penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan : a. sumber
moral b. petunjuk kebenaran c. sumber informasi tentang masalah metafisika, dan
d. bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun duka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama merupakan suatu
lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu
terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya. Perbedaan dan persamaan inilah yang
nantinya bisa member ruang saling memahami diantaranya. Sedemikian luasnya
mengenai hal- hal yang berhubungan dengan religi, membuat definisi tentang
agama, sedapat mungkin menjadi sederhana dan menyeluruh. Diharapkan tidak
terlalu sempit maupun terlalu longgar, tetapi dapat dikenakan kepada agama-
agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu sendiri.
Adapun tipe-tipe
masyarakat agama sebagai berikut:
1. Masyarakat-masyarakat
yang terbelakang
2.
Masyarakat-masyarakat
Pra-Industri yang sedang berkembang
3.
Masyarakat-masyarak
industri sekuler
Kondisi umat
islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang
dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi
nilai-nilai keimanannya. Sosok pribadi orang islam seperti di sebutkan sudah
barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian
agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya.
Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan
bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, B. 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar
Antropologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thomas F. O’dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengenalan Awal,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1995.
Elizabeth K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat : Suatu Pengntar
Sosiologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1997.
[1]
Agus, B. 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 13-14.
[2]Thomas
F. O’dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengenalan Awal,(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 1995), 24.
[3]Elizabeth
K. Nottingham, Agama Dan Masyarakat : Suatu Pengntar Sosiologi Agama,(Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada. 1997), 32.
Komentar
Posting Komentar