METODOLOGI, PENDEKATAN, DAN ALIRAN KAJIAN SOSIOLOGI AGAMA / SOSIOLOGI AGAMA/III


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                   Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur milik Allah Subhanahu Wata’ala, Semoga Allah selalu menunjukkan kita pada jalan kebaikan dan kebenaran. Sholawat serta salam semoga dapat senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shollallohu’alaihi Wasallam, beserta keluarga dan sahabatnya, Allahuma Amin. Kami yakin tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, makalah ini belum dapat terselesaikan. Oleh karena itu, kami dari kelompok tiga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak   Wahyu Styabudi, S.Pd.I, M.Agpembimbing mata kuliah Sosiologi Agama, teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami.
                   Makalah Sosiologi Agama yang berjudul Pendekatan dan Metode Sosiologi Agama ini berisi tentang pembahasan mengenai beberapa macam pendekatan dan metode-metode untuk menganalisis masalah masyarakat agama.Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Sosiologi Agama dan perlu kita pahami seluk beluknya oleh para mahasiswa.Setelah membaca makalah ini di harapkan kita semua bisa mengetahui dan mendalami lebih lanjut untuk menganalisis beberapa masyarakat agama.Isi global makalah ini adalah tentang pengertian dan macam-macam metode pendekatan sosiologi agama, serta bagaimana penggunaan metode dan pendekatam dalam masyarakat –masyarakat yang beragama.

B.     Rumusan Masalah.
1.      Apa Pengertian metodologi?
2.      Macam-macam Pendekatan metodologi sosiologi agama?
3.      Apa saja kajian metodologi sosiologi agama?
C.     Tujuan Masalah.
1.      Mengetahui pengertian metodologi.
2.      Mengetahui macam-macam pendekatan metodologi.
3.      Mengetahui kajian metodologi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Metodologi.
Metodologi adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem, sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu, studi atau analisis teoritis  mengenai suatu cara atau metode, atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh proses berfikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Kata metode berasal dari bahasa yunani methodos, terdiri dari dua kata yaitu meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti kata methodos adalah metode ilmiah yaitu cara melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Adapun metodologi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan tentang metode. Melihat dari pengertiannya, metode dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan tehnik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (ilmiah). Untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara itu, metodologi disebut juga science of methodos, yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam penelitian atau membahas konsep teoritis berbagai metode atau dapat dikatakan sebagai cara untuk membahas tentang dasar dasar pilsafat ilmu dari metode penelitian. Bagi ilmu seperti sosiologi, antropologi, politik, komunikasi, ekonomi, hukum serta ilmu alam, metodologi merupakan dasar dasar pilsafat ilmu dari suatu metode atau langkah praktis penelitian.[1]

B. Pendekatan Metodologi Sosiologi Agama.
a)      Agama sebagai entitas sosial.
Salah satu pemikiran Durkheim yang cukup terkenal adalah teori tentang agama. Menurutnya agama merupakan sesuatu yang benar benar bersifat sosial kepercayaan dan ritual ritual keagamaan, bagi durkheim, merupakan ungkapan simbolik dari ralitas sosial. Realitas sosial itu mendahului realitas agama.Ia menjiwai, melatarbelakangi, dan melahirkan realitas realitas keagamaan.
b)     Yang sakral dan yang profane
Pemisahan antara yang sakral dengan yang profan merupakan hal yang mendasar dalam analisis terhadap agama.Hal hal yang sakral selalu diartikan sebagai sesuatu yang superior, berkuasa, dan kondisi normal tidak tersentuh, dan selalu di hormati. Sebaliknya, hal hal yang profan adalah bagian keseharian dari hidup dan bersifat biasa biasa saja
c)      Totem(isme).
Secara sederhana, totem adalah simbol. Tapi, simbol apa? Totem adalah simbol dari kekuatan goib yang disembah oleh anggota masyarakat atau klan tertentu. Perwujudan totem biasanya mengambil bentuk dalam berupa binatang atau tetumbuhan yang memiliki hubungan organisasional khusus dengan masyarakat atau klan tertentu. Selain itu, pada saat yang sama, totem juga merupakan sesuatu yang konkret, yang menjadi gambaran nyata sebuah klan.
Secara analog, kita bisa membaningkan penggunaan totem dengan lambang atau logo sebuah perkumpulan tertentu. Kelompok sepak bola malang misalnya, menggunakan logo bergambar singa yang mengaung dengan latar berwarna biru. Jadi, ketika suatu saat kita melihat gambar singa yang mengaung dengan latar warna berwarna biru, ingatan kita langsung tertuju pada perkumpulan sepak bola yang direpsresensentasikan oleh gambar tersebut. Begitupun halnya dengan totem, totem merupakan simbol yang mereprensentasikan kehadiran dari tuhan dan sekaligus juga melambangkan ciri ciri suatu klan tertentu.
Jadi, dengan demikian, totemisme memiliki pungsi ganda dalam kehidupan suatu klan. Ia tidak hanya sekedar berfungsi sebagai sosok yang disembah atau disakralkan oleh suatu klan tertentu. Tetapi, ia juga menjadi simbol atau lambang kelompok dan menjadi sarana pemersatu dalam klan tersebut.

d)     Agama(totem) dan masyarakat .
Dalam bagian awal buku “ the elementary forms of the religius life” Durkheim telah mengklaim bahwa,representasi-representasi religius adalah representasi-representasi yang mengungkapkan realitas-realitas kolektip, ritus-ritus merupakan bentuk tindakan yang hanya lahir ditengah kelompok manusia dan tujuannya melahirkan, mempertahankan atau menciptakan kembali keadan-keadaan mental tertentu dari kelompok-kelompok itu. Dalam pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa penyembahan terhadap tuhan atau dewa-dewa dalam masyarakat primitif adalah bagaimana mereka mengexpresikan dan memperkuat kepercayaan mereka kepada klan. Dalam kesempatan itu, tiap orang telah menghilangkan diri pribadinya dan melebur kedalam kerumunan masa. Lagi, meraka meninggalkan hal-hal yang mereka miliki dan menggabungkan identitas pribadi mereka kedalam klan yang lebih besar sementara itu, dalam upacara-upacara pentembahan topeng, mereka juga menyatakan kesetiaan mereka kepada klan.[2]

C.  Metode Sosiologi Dalam Kajian Agama.
            Sebagaimana penelaahan proses social lainnya, kajian sosiologi Agama menggunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara lain dengan data sejarah,analisis komparatif lintas budaya, eksperimen yang terkontrol, observasi, survai sampel dan content analysis.
1)      Analisis Sejarah
Sosiologi berbeda dengan sejarah atau etnografi, dalam arti tidak memusatkan perhati- annya pada bntuk peradaban pada tahap permulaan pada waktu dahulu.Seperti ilmu pengetahuan positif lainnya, objek studi sosiologi adalah menerangkan realitas masa kini, realitas yang berhubungan dengan kita, yang mempengaruhi gagasan dan prilaku kita.Realita itu adalah manusia, terutama manusia masa kini. Kita tidak akan mempelajari agama purba. Jika kita harus mempelajarinya, karena kita anggap untuk menjelaskan hakikat manusia zaman kini.
            Supaya kita mengerti persoalan manusia sekarang kita harus mempelajari sejarah masa silam.Tetapi prosedur metode itu kadang kadang sulit juga untuk menjawab persoalan yang kita hadapi sekarang. Karena agama tidak sama nilai maupun kepentingannya untuk setiap tempat dan waktu. Namun kita tidak dapat mengharapkan berhasil untuk mengerti kebanyakan agama masa kini, jika tidak mengikuti perkembangan sejarahnya.
            Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan menelusuri sumber dimasa silam sebelum di campuri tradisi lain. Pendekatan ini mungkin didasarkan kepada personal historis atau didasarkan atas perkembangan kebudayaan umat manusia. Pendekatan yang didekatkan atas sejarah personal, berusaha menelusuri awal perkembangan tokoh keagamaan secara individual, untuk menemukan sumber sumber dan jejak perkembangan prilaku keagamaan sebagai hasil dialog dengan dunia sekitarnya.
Jika kita dapat menciptakan pola pola dalam kehidupan sehari hari kita dapat memperluas kerangka kerja yang luas didalam sejarah individu, yang berarti bagi seluruh kehidupan manusia, dan kehidupan itu juga memiliki arti bagi keseluruhan alam. Karena sebenarnya kita berada di tiga dunia sekaligus:
1.      Dunia alam tepat kita berada dan berbuat.
2.      Dunia sehari hari yang diatur oleh pola prilaku yang harus kita pahami.
3.      Dunia ideal atau dunia maknawi yang lahir dari perluasan pola pola dibelakang realitas sehari hari.
2)      Analisis Lintas Budaya.
Dengan membandingkan pola pola sosioreligius dibeberapa daerah kebudayaan, sosiolog dapat memperoleh gambaran mengenai korelasi unsur budaya tertentu atau kondisi sosokultural secara umum.Misalnya, weber mencoba membuktikan teorinya tentang relasi antar etik protestan dengan kebangunan kapitalisme melalui kajian agama dan ekonomi diindia dan cina. Pola yang ia gunakan untuk mendukung hipotesisnya tidak membuktikan kebenerannya, malah tampak keadaan yang kontradiktif.
Salah satu kesukaran pelaksanaan analisis agama melalui analisis lintas budaya yaitu sangat berpariasinya konsep agama pada daerah kebudayaan yang berlainan, juga sukar dalam mendapatkan ketetapan ang di saratkan oleh saintis.[3]
3)      Eksperiment.
Penelitian Eksperimen sukar dilaksanakan dalam bidang social agama namun dalam beberapa hal masih dapat dilakukan misalanya untuk mengevaluasi perbedaan hasil dari beberapa model pendidikan agama.banyak orang orang agamamis yang berkeinginan anaknya supaya terikutkan dalam eksperimen dengan harapan temuan yang diperoleh akan menentukan metode apa yang paling efektif  untuk sosialisasi keagamaan, demikian antara lain diemukakan oleh Robert.

4)      Observasi partisifatif.
Dengan partisifasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi prilaku orang orang dalam konteks relegius.hal itu dpat dilakukan dengan terus terang, artinya orang yang diobservasi itu boleh mengetahui bahwa mereka sedang dipelajari, atau secara diam daim, jika orang yang sedang  diobservasi itu misalnya mash baru menjadi anggota kelompok.
a.       Memungkinkan pengamatan interaksi simbolik antara anggota kelompok secara mendalam. Hal ini bisa dilakukan oleh ahli ahli ilmu psikologi sosial yang menggunakan analisis simbolik. Interaksionisme simbolik adalah satu perspektif teorotik sosiologi dan psikologi sosial. Dengan perspekti ini individu tidak dilihat responnya yang lahir, namun dipahami maknadari prilaku itu. Sering makna simbolik dan tata laku dipelajari sejak dini secara menyeluruh dengan jalan individu berperan serta didalam kelompok.
b.      Observasi peran serta brguna, jika peneliti berpendapat bahwa ada kesenjangan antara apa yang dikatakan dengan perilaku orang orang yang sedang diteliti
c.       Observasi peran serta memberikan kesempatan untuk mendapatkan data secara otentik terutama mengenai prilaku atau karakterisik yang sifatnya pribadi.[4]

5)      Riset Survei Dan Analisis Statisik
Peneliti menyusun kuesinor, melakukan intervieuw dengan sampel dari suatu populasi. Sampel dan populasi bisa berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa. responden misalnya ditanya tentang:
a.       Afiliasi keagamaannya.
b.      Frekuensi kehadiran di tempat tempat peribadatan.
c.       Frekuensi keteraturan sembahyangnya.
Prosedur ini sangat berguna untuk memperlihatkan korelasi dari karakterisik keagamaan tertentu dengan sesuatu sikap sosial, atau atribut religious tertentu.







6)      Analisis Isi.
Peneliti mencoba mencari keterangan dari tema tema religious; baik berupa tulisan, buku buku khotbah, doktrin, deklarasi teks dan lain lain. Misalnya:
a.       Sikap sesuatu kelompok keagamaan dapat dianalisis dari isi khotbah yang diterbitka oleh kelompok tersebut.
b.      Pandangan hidup dari organisas atau aliran agama dapat diidentifikasi dari tema atau isi lagu-lagu yang biasa dinyanyikan di gereja, atau lagu asidahan yang dilantunkan para senimannya.[5]




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan.
          Metodologi adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem, sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu, studi atau analisis teoritis  mengenai suatu cara atau metode, atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan.
Pendekatan Metodologi Sosiologi Agama: Agama sebagai entitas sosial.Yang sakral dan yang profane, Totem(isme), Agama(totem) dan masyarakat.
Sebagaimana penelaahan proses social lainnya, kajian sosiologi Agama menggunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara lain dengan data sejarah,analisis komparatif lintas budaya, eksperimen yang terkontrol, observasi, survai sampel dan content analysis.




DAFTAR PUSTAKA
Dri.Noor.Juliansyah, S.E.,M.M. 2017. “Metode Penilitian”,kencana-jakarta,
Taufik, Amal dkk. “Sosiologi Agama”,Uin Sunan Ampel Surabaya
R. H. DJAMARI, 1993. “AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”,CV Al pabeta bandung,



[1] Dri.Juliansyah Noor, S.E.,M.M. “Metode Penilitian”,kencana-jakarta,2017.cet 7.hal 22
[2]Amal Taufik, dkk. “Sosiologi Agama”,Uin Sunan Ampel Surabaya, hal 19
[3]DR. H. DJAMARI, “AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI”,CV Al pabeta bandung,1993,hal 53
[4] Ibid 56
[5] Ibid 57

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI-TEORI SOSIOLOGI AGAMA/SOSIOLOGI AGAMA/III

METODE TAHLILI (ANALIST) / Syarah Hadis/ III

HUBUNGAN FILOLOGI DENGAN ILMU-ILMU LAIN